Rabu, 28 Maret 2012

Sebuah Corat-Coret tentang Perasaan


Menunggu kesendirian yang memuakkan,
menjalani hidangan pagi dengan penuh mual.
Setiap hari terkadang candu tiada henti memerangi ketergalauan hati ini..

Perjalanan itu sudah tiada lagi.
Apel ku telah membusuk membagi kepedihan yang aku terima sendiri.
Pagi jenuh meronta untuk segera tinggalkan waktu segenap pemikiran yang terjadi.
Disanna terdapat kemauan hati untuk menyampaikan tentang  apa yang aku rasakan.
Biarpun candu itu masih belum terdefinisi olehku.,
Dan terjalani lebih dari untuk memandang muka sayup dibalik segala kemungkinan. Yaitu dengan mendefinisikan bahwa aku sedang galau.

Galau itu semacam kue lapis,.
dengan lapisan madu yang menyumbat otak sehingga perjalanan syaraf terganggu.
Lebih kompleks mampu menghancurkan dunia lebih dari kiamat 2012.
Ini dikarenakan kegalauan menyumbat potongan pikiran yang bersih dan menunggu untuk tenggelam.
Ini adalah sebuah virus..
Lebih ganas dari satu partikel virus yang mampu merubah manusia normal menjadi seorang zombie seperti dalam pilem resident evil.
Ini juga menjadi mafia didalam tubuh,
dekstruktif aktif menyerang system kekebalan kewarasan yang dirasa sudah kadaluarsa.\
Ini semakin mempengaruhi jiwa-jiwa yang tenang, karena ini juga merupakan suatu radiasi yang setara dengan nuklir.

Mungkin, karena dengan kegalauan sesuatu ketidakmungkinan akan terucap./
Liat saja presiden Libya, dia sedang galau.
Membiarkan rakyatnya menjalani rutinitas perang saudara.
Atau Julius Cesar, dia juga sedang galau tatkala terpesona pada kecantikan sang Cleopatra.
Atau yang heboh para teroris-teroris kita.
Dia sedang galau sampai-sampai meledakkan dirinya sendiri dengan BOM.

Aku memang sedang galau.
Tapi aku tidak sekeren mereka, apalagi seperti teroris. Hha.
Aku tidak sekeren Julius Cesar, atau seanarki Muamar kadafi.
Aku hanya terpaku menempel didinding, melihat lalu-lalang kendaraan hingga aku tertabrak.
Buaarrrrrrrrrr!

Kenapa aku  galau.. Haruskah aku jujur?
Semuanya bermula dari tiada lagi harapan.
Disaat aku dipermainkan oleh keyakinan tentang kebenaran pandangan mata dan ternyata itu semua adalah kebohongan.
Aslinya itu tidak semuanya benar, aku sendiri saja ragu tentang kebenaran diriku.


Apakah diriku masih samar-samar?
Ini juga tentang ketinggian suatu angan, tentang sesuatu yang aku tidak terbiasa walau malam untuk menerima yang terendah. Ya semacam suatu pertandingan.
Terpana aku ingin seperti diriku yang dahulu. Hanya disini aku berusaha mengurangi sumbatan dikepala ku yang telah berkarat menyumbat.
Ingin aku hancurkan dengan hujan asam, tapi tidak mungkin.
Ini semua tentang kegalauan yang menyelimuti.

Salju!
Putih saat lelaaki tampan berada dihadapanku saat ini.
Setidaknya aku mencari jalan untuk membebaskan pikiranku ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guestbook